Silicon Valley Bank (SVB) dinyatakan kolaps Jumat pekan lalu. Bank terbesar urutan ke-16 di Amerika Serikat (AS) ini resmi bangkrut hanya 48 jam setelah berencana mengumpulkan dana untuk menambah modal.
Berikut fakta-fakta ambruknya SVB, dikutip dari berbagai sumber:
SVB resmi kolaps pada Jumat. SVB disita oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), semacam Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) AS.
Padahal, Rabu lalu, bank berniat menambah modal sebesar US$ 2,25 miliar . Itu setara Rp 34,75 triliun (kurs US$ 1=Rp 15.445).
Sebesar US$ 1,25 miliar atau sekitar Rp 19,31 triliun diharapkan diperoleh melalui penjualan saham. Sementara sebesar US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,7 triliun melalui saham preferen konvertibel.
Sebelumnya, SBV juga mengumumkan deal dengan perusahaan investasi General Atlantic senilai US$ 500 juta melalui penjualan saham. Tak hanya itu, bank juga mengumumkan akan menjual sekuritas atau surat berharga mereka senilai US$ 21 miliar guna mendapatkan kas dan menyeimbangkan neraca mereka.
Namun, rencana tersebut gagal. Investor khawatir beban SVB akan membengkak dan mengalami kesulitan pembayaran mengingat tingginya suku bunga saat ini.
Rush Money
Nasabah dan investor kemudian melakukan penarikan secara besar-besaran. Hingga Kamis pekan lalu, penarikan menembus US$ 42 miliar atau senilai Rp 648, 69 triliun.
Sejumlah nasabah SVB menarik uangnya dari mereka karena banyak yang khawatir. Deal dengan General Atlantic juga tumbang karena kekhawatiran meningkat.
Upaya pengumpulan dana yang semula diharapkan bisa menyelamatkan perusahaan pun gagal. Saham perusahaan bahkan ambruk 60% pada perdagangan Jumat.
Pengaruhi AS dan Eropa
Dampak kolapsnya SVB sudah terlihat dari pasar saham AS dan Eropa. Hitungan Reuters memperkirakan saham-saham perbankan AS merugi US$ 100 miliar dari sisi market value dalam dua hari sementara itu, perbankan Eropa merugi US$ 50 miliar.
Biden Turun Tangan
Merespon hal ini, Presiden AS Joe Biden langsung turun tangan dengan berbicara bersama Gubernur California Gavin Newsom pada hari Sabtu. Pihak Gedung Putih mengabarkan mereka banyak membahas terkait kegagalan SVB dan upaya untuk mengatasi situasi tersebut.
“Presiden dan Gubernur berbicara tentang Silicon Valley Bank (SVB) dan upaya untuk mengatasi situasi tersebut,” kata pernyataan itu tanpa menjelaskan lebih lanjut, mengutip Reuters.
Janet Yellen Buka Suara
Menyusul krisis di SVB, Menteri Keuangan AS Janet Yellen langsung menggelar rapat darurat. Ini diikuti bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), serta FDIC, serta Kantor Pengawasan Mata uang.
“Menteri Yellen memberikan kepercayaan penuh untuk pada regulator perbankan untuk mengambil tindakan yang tepat. Menteri Yellen menilai sistem perbankan masih tangguh dan regulator memiliki alat yang efektif untuk mengatasi peristiwa seperti ini,” tulis pernyataan Departemen Keuangan seperti dikutip dari Reuters.
Yellen menegaskan tidak ada opsi bailout dalam upaya menyelamatkan SVB. Ia mengatakan pemerintah dan otoritas keuangan kini tengah menyiapkan sejumlah upaya penyelamatan SVB, termasuk dengan mencari investor baru ataupun menjual aset mereka. Namun, bailout bukan opsi.
“Selama Krisis Keuangan, ada banyak investor dan pemilik dari bank besar yang dibailout. Reformasi sudah dilakukan dan berjalan pada tempatnya. Kami tegasan jika kami tidak akan melakukan bailout lagi,” tutur Yellen, dikutip dari CNBC International.
Yellen mengatakan sistem perbankan AS saat ini sudah tangguh untuk menghadapi krisis seperti SVB. Dia menambahkan fokus pemerintah dan otoritas lain saat ini adalah memenuhi hak-hak nasabah.
“Sistem perbankan Amerika sudah sangat aman dan memiliki cukup modal. Sistem sudah tangguh,” imbuhnya.
“Kami akan fokus kepada nasabah dan pada upaya untuk memenuhi hak dan kebutuhan mereka,” ucap Yellen.
Nasib Nasabah
Sementara nasabah bisa mengakses simpanan mereka paling telat hingga Senin (13/3/2023) pagi waktu setempat. Otoritas keuangan AS sudah mengambil alih kontrol simpanan nasabah SVB.
Cabang-cabang SVB akan membuka kantor hingga Senin. Ini akan di bawah pengawasan ketat regulator.
Sebagai catatan, LPS Amerika (FDIC) hanya menjamin dana sebesar US$ 250.000 atau Rp 3,86 miliar per nasabah untuk masing-masing rekening. Mereka yang memiliki simpanan lebih dari itu akan mendapatkan sertifikat dalam penguasaan kurator.
“Otoritas mengatakan mereka akan membayar nasabah yang tidak dijamin dengan pembayaran dividen tambahan dalam seminggu ke depan,” tulis media.
Sempat Bagi Bonus Jumbo
Beberapa jam sebelum regulator AS menyita bank yang gagal tersebut, karyawan SVB dilaporkan menerima bonus tahunan pada hari Jumat. Bank yang berbasis di Santa Clara, California ini memang memiliki sepak terjang pembayaran bonus karyawan pada hari Jumat kedua bulan Maret.
Pembayaran itu untuk pekerjaan yang dilakukan pada tahun 2022. Mengutip sumber, ini telah diproses beberapa hari sebelum bank runtuh.
Di sisi lain, belum ada data mengenai besaran bonus yang diterima para. Karyawan. Namun, bila merujuk data Glassdoor.com, bonus SVB berkisar dari sekitar US$12.000 atau sekitar Rp158 ribuan untuk rekanan hingga US$140.000 atau Rp2,1 miliaran untuk direktur pelaksana.