Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi tipis 0,05% di level 6.752,21 pada sesi I hari ini (13/3/23) usai bergerak volatil sepanjang perdagangan.
Perdagangan menunjukkan sebanyak 354 saham turun, hanya 171 saham naik dan 219 lainnya tidak berubah.
Hingga istirahat siang, terdapat sekitar 10,25 miliar saham terlibat dan berpindah tangan sebanyak 787 ribu kali serta nilai transaksi sekitar Rp 4,44 triliun.
IHSG melemah diseret mayoritas saham-saham raksasa yang juga merosot. Berdasarkan perubahan harganya, Chandra Asri Petrochemical ambles 5,08% disusul Indocement Tunggal Prakarsa melorot 3,27%. Sementara Media Nusantara terkoreksi 3,10%, Timah turun 2,62% dan Gudang Garam turun 2,58%.
Selain itu, mayoritas bank dengan kapitalisasi raksasa juga terseret ke zona merah terimbas kebangkrutan Silicon Valley. Bank Negara Indonesia turun 1,11%, Bank Mandiri melemah 0,72% dan Bank Rakyat Indonesia melandai 0,41%.
Koreksinya mayoritas saham perbankan terjadi di tengah lesunya saham-saham perbankan di global, setelah adanya krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS).
Kolapsnya SVB membuat pelaku pasar kembali mengingat krisis yang terjadi pada 2008-2009, karena hal tersebut bisa dapat terjadi kembali pada tahun ini.
Namun, ada kecenderungan bahwa perbankan di RI masih cukup kuat untuk menahan sentimen negatif karena didukung oleh kinerjanya yang cenderung positif, meski perbankan global sedang lesu.
Apalagi, regulator AS menegaskan, dana para nasabah (deposan) SVB, termasuk bank yang juga baru bangkrut Signature Bank, aman dan mereka akan mendapatkan duit mereka lagi.
Selain karena krisis yang terjadi di SVB, investor yang masih cenderung wait and see juga menjadi penyebab saham-saham bank di RI cenderung lesu.
Investor menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan pada Kamis pekan ini. Adapun RDG BI tersebut akan dilaksanakan mulai Rabu hingga Kamis pekan ini. BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%.
Selain BI, investor juga menanti rilis data ekonomi penting di global, terutama di AS. Adapun data ekonomi penting dari AS yang akan dirilis pada pekan ini yakni data inflasi periode Februari 2023.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan Bollinger Band (BB) untuk mencari resistance dan support terdekat.
Sempat ke 6.727 pada awal sesi I, IHSG kemudian sempat rebound ke zona hijau di 6.775 pada kisaran pukul 10.00-11.00 WIB. Namun, IHSG tertahan di bawah level tersebut, tepatnya pita tengah BB (6.773).
Pada sesi II, IHSG berpotensi menguji resistance pita BB tersebut sebelum menentukan arah selanjutnya.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI berada di angka 42,26.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di bawah garis sinyal, dengan bersiap memotong ke atas. Adapun, histogram MACD masih membentuk bar negatif.
Seiring IHSG yang cenderung volatil dan sering memberikan sinyal palsu akhir-akhir ini, IHSG berpeluang kembali bergerak mixed dan kembali menguji level resistance 6.773 (pita tengah BB). Support terdekat di level 6.722.