Cuma 2 Provinsi yang Capai Target Stunting, Bahaya Ancam Masa Depan RI

Cuma 2 Provinsi yang Capai Target Stunting, Bahaya Ancam Masa Depan RI

Ilustrasi bayi Lahir (Rene Asmussen from Pexels)

Dari 33 provinsi di Indonesia yang disurvei, hanya dua provinsi saja yang mencapai target prevalensi stunting Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yakni DKI Jakarta dan Bali.

Melansir dari buku saku Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, rata-rata prevalensi stunting nasional berada di 21,6%. Nilai tersebut masih jauh dari target RPJM nasional sebesar 14%.

Masih ada 17 provinsi kas138 memiliki prevalensi stunting di atas capaian nasional. Lima provinsi yang mengalami stunting tertinggi ada Papua, Nusa Tenggara Barat (NTB), Aceh, Papua Barat, dan Sulawesi Tengah.

Sementara yang sudah capai target hanya dua provinsi yakni DKI Jakarta sebesar 14,8%, sementara dan Bali sebesar dan 8%.

Persoalan stunting ini bukanlah masalah sepele, kerugian negara akibat ini bisa ratusan triliun. Berdasarkan hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian akibat stunting mencapai 3 – 11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Dengan nilai PDB Indonesia pada 2022 sebesar Rp19.588,4 triliun, maka kerugian ekonomi akibat stunting diperkirakan mencapai Rp587 triliun-Rp2.154 triliun per tahun.

Penanganan serius terhadap isu stunting menjadi sangat penting, pasalnya besar kerugian yang akan ditanggung pemerintah ini punya dampak domino ke penyakit lain hingga pengaruh ke kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kemudian berimbas ke pasar tenaga kerja.

Stunting merujuk pada kondisi tinggi anak yang lebih pendek dari tinggi badan seumurannya lantaran kekurangan gizi dalam waktu lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Ketika seorang anak menderita stunting, dalam tumbuh kembangnya akan lebih rentan mengalami kegemukan sehingga lebih mudah terkena serangan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes, hingga gagal ginjal.

Jika dampak tersebut berlarut-larut, stunting bisa menghambat bonus demografi Indonesia. Sebagaimana kita tahu, mayoritas penduduk kita adalah masyarakat berusia produktif.

Ketika seseorang sedang produktif bekerja kemudian mengalami masalah terhadap kesehatannya, tentu ini akan mengurangi efektivitas kerjanya.

Stunting juga bisa berdampak pada penurunan literasi seseorang, pasalnya gizi yang kurang juga akan berpengaruh pada daya pikir. Imbasnya, ini akan mengurangi kualitas SDM kita yang berujung pada lemahnya penyerapan tenaga kerja.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng Korps Brimob Polri dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka stunting di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. (Dok: Humas Brimob)Foto: Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng Korps Brimob Polri dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka stunting di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. (Dok: Humas Brimob)
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng Korps Brimob Polri dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka stunting di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. (Dok: Humas Brimob)

Oleh karena itu, penanganan serius pada stunting tak hanya akan memperbaiki kesehatan masyarakat, tetapi bisa menular pada kemajuan pendidikan, peningkatan kualitas SDM, pertumbuhan ekonomi, hingga kesejahteraan masyarakat.

Secara lebih jelas, dampak stunting dijelaskan Kementerian Kesehatan sebagai berikut:

1. Dalam jangka pendek

Stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme.

2. Dalam jangka panjang

Stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular seperti diabetes melliltus, hipertensi, jantung koroner dan stroke.

Stunting bisa di intervensi dengan 10 cara berikut:

a. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah

b. Pemberian makanan tambahan ibu hamil

c. Pemenuhan gizi

d. Persalinan dengan dokter atau bidan ahli

e. IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

f. Berikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan

g. Berikan makanan pendamping ASI untuk bayi diatas 6 bulan hinggga 2 tahun

h. Berikan imunisasi dasar lengkap dan vitamin A

i. Pantau pertumbuhan balita di posyandu terdekat

j. Lakukan perilaku hidup bersih dan sehat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*