Israel ‘Kebakaran Jenggot’, Musuh Bebuyutan Merapat ke Saudi

This handout image provided by Nournews agency shows the Secretary of the Supreme National Security Council of Iran Ali Shamkhani (R), the Director of the Office of the Central Foreign Affairs Commission of the Chinese Communist Party (CCP) Wang Yi (C), and Saudi Arabia's National Security adviser and Minister of State Musaad bin Mohammed al-Aiban (L) meeting together in Beijing on March 10, 2023. - Iran and Saudi Arabia agreed to restore ties and to reopen respective diplomatic missions after talks in China, state media in both countries reported on March 10, 2023, seven years after relations were severed. Riyadh cut ties with Tehran after Iranian protesters attacked Saudi diplomatic missions in the Islamic republic in 2016 following the Saudi execution of Shiite cleric Nimr al-Nimr. (Photo by NOURNEWS AGENCY / AFP) / == RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT

Kesepakatan antara Arab Saudi dan Iran untuk menghidupkan kembali hubungan diplomatik dapat menghambat upaya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mengisolasi Teheran sekaligus mendekatkan diri dengan negara-negara Arab.

Kekhawatiran yang lebih mendesak bagi Israel, menurut beberapa ahli, adalah bahwa kesepakatan yang ditengahi China pada Jumat lalu antara kekuatan Muslim Sunni dan Syiah itu menunjukkan bahwa Amerika Serikat (AS) memberikan ruang di wilayah tersebut tepat ketika pemerintah Netanyahu sangat membutuhkannya.

Seorang pejabat Israel menggambarkan detente atau relaksasi hubungan tersebut sebagai proses awal yang tidak mengejutkan yang seharusnya tidak menghalangi kemajuan paralel menuju normalisasi antara Israel dan Arab Saudi. Bagaimanapun, Israel makin dekat dengan Uni Emirat Arab meskipun Abu Dhabi juga melibatkan Teheran.

Sementara itu, Israel terus melakukan kampanye ancaman terselubung untuk menyerang Iran sendirian jika menganggap diplomasi nuklir menemui jalan buntu.

“Ini adalah pukulan brilian oleh China dan Iran untuk melemahkan normalisasi Saudi-Amerika dan Saudi-Israel. Ini membantu membawa Teheran dari sikap dingin dan melemahkan upaya Amerika dan Israel untuk membangun koalisi regional untuk menghadapi Iran karena berada di titik puncak konflik, mengembangkan senjata nuklir,” kata Mark Dubowitz, CEO Foundation for Defense of Democracies di Washington, dikutip dari Reuters, Senin (13/3/2023).

Sementara itu, sikap AS terkait hal tersebut menjadi perhatian Israel. Pasalnya, pemerintahan Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat, yang belum mengundang Netanyahu ke Gedung Putih, telah menyuarakan keprihatinan yang luar biasa kuat terhadap koalisi agama-nasionalis yang menopang Netanyahu.

Netanyahu juga ditimpa oleh demonstrasi besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel yang mendesak adanya perombakan yudisialnya.

Peringatan

Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer di bawah Netanyahu, mengatakan detente Saudi-Iran harus menjadi peringatan.

“Fokus pemerintah pada perombakan yudisial, yang mencabik-cabik bangsa dan melemahkan Israel di semua dimensi, mencerminkan keterputusan yang mendalam antara Netanyahu dan tren geopolitik internasional,” kata Yadlin di Twitter.

Dia pun menuduh Netanyahu telah menimbulkan kerusakan luar biasa pada keamanan nasional Israel. Yadlin juga mendesak Netanyahu untuk mempererat hubungan dengan Biden tentang cara menjalin hubungan Israel-Saudi dan bersama-sama menangani program nuklir Iran.

Sebelumnya, The New York Times melaporkan pada akhir pekan lalu bahwa sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel, Riyadh menginginkan bantuan untuk mengembangkan program nuklir sipil dan lebih sedikit pembatasan pembelian senjata AS.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*