Indonesia adalah salah satu negara yang paling rawan bencana. Karena itu, Presiden Jokowi meminta agar penduduk RI dibekalkan pengetahuan respons bencana.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam kondisi bencana adalah peringatan dini. Ia berpendapat bahwa sistem peringatan dini bencana di Indonesia belum optimal.
“Ini sering masih, kita terlambat peringatan dini,” katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, Kamis (4/3/2023).
Setelah peringatan dini, hal paling penting kedua adalah edukasi soal bencana. Menurut Presiden, setiap masyarakat harus dibekali pengetahuan tentang respons bencana termasuk skenario evakuasi jika terjadi bencana.
“Saat gunung berapi [meletus] terjadi larinya ke mana, kalau pas ada gempa bumi larinya ke mana,” katanya.
Jokowi menekankan bahwa detail skenario dan instruksi soal respons bencana tidak boleh diabaikan. Edukasi juga harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan sebelum terjadi bencana. Jika tidak, masyarakat pasti pontang-panting setiap terjadi bencana.
“Yang namanya prabencana lebih penting, mengedukasi masyarakat, memberi pelatihan masyarakat itu jauh lebih penting, sehingga masyarakat tahu ke mana akan lari ke mana akan berlindung,” kata Presiden.
Menurut Jokowi, Indonesia adalah negara nomor tiga paling rawan bencana. Frekuensi bencana di RI bahkan naik hingga 81 persen.
Pada 2010, paparnya, ada 1.945 bencana di Indonesia. Jumlah tersebut melonjak menjadi 3.544 bencana sepanjang tahun lalu.
Bencana yang terjadi tidak hanya gunung meletus atau banjir karena tanah longsor. RI juga rawan bencana gempa bumi serta bencana non-alam.