Ternyata Ada Pemuda Muslim di Balik Kemunculan YouTube

REFILE - ADDING MISSING WORDS  Silhouettes of laptop and mobile device users are seen next to a screen projection of Youtube logo in this picture illustration taken March 28, 2018.  REUTERS/Dado Ruvic

Mayoritas penduduk dunia tentu mengenal YouTube. Aplikasi berbasis video ini sudah memiliki 2,1 miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Setiap harinya ada 5 miliar video yang ditonton dengan rata-rata durasi sekitar 19 menit.

Tak heran, kalau YouTube kini dipandang sebagai sahabat manusia di dunia maya. Namun, keberhasilan YouTube saat ini tak tercipta dengan instan. Dalam sejarahnya, ada kisah sulit para pendirinya, Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim, saat membangun YouTube.

Namun, dari tiga pendiri, satu orang yang menarik untuk diungkap kisahnya adalah Jawed Karim.

Jika di masa klasik ada Al-Khawarizmi yang menciptakan salah satu konsep matematika, maka di masa kini ada Jawed Karim yang mendirikan YouTube. Keduanya sama-sama jarang dibahas dan terlupakan, meski punya peran krusial dalam perkembangan zaman.

Lalu, bagaimana Jawed Karim bisa mendirikan YouTube?

Jawed Karim lahir pada 28 Oktober 1979 di Jerman Timur dari keluarga asli Bangladesh. Bapaknya adalah imigran yang sempat kerja di Jerman Timur lalu pindah membawa Karim ke Amerika Serikat pada 1992.

Beruntung, dia berasal dari keluarga kelas menengah ke atas, sehingga mampu bersaing sebagai imigran dan bersekolah tinggi di Amerika Serikat. Tercatat dia pernah kuliah di University of Illinois, meski tidak lulus.

Karir pertama Karim adalah bekerja di perusahaan jasa transfer uang, PayPal. Di sana dia bekerja sebagai cybersecurity dan bertemu dengan Chad Hurley dan Steve Chen. Pertemuan itulah yang menjadi titik balik kehidupan Karim.

Mengutip The Youtube Reader (2009), awal mula pendirian YouTube tercipta dari benak Karim saat dia menonton tayangan TV yang cukup nyeleneh. Tayangannya tersebut berisi orang yang memakai baju sobek. Karim heran sebab video yang tidak ada esensinya itu bisa viral dan jadi perbincangan dimana-mana. Dari sinilah dia mulai terpikirkan untuk membuat sebuah plattform berbagi video.

Pada saat bersamaan dan tidak janjian, ide serupa juga terpikirkan oleh Chad Hurley dan Steve Chen. Mereka ingin membuat platform berbagi video karena kesulitan untuk menyebarluaskan video makan makan di apartemen Chen.

Urgensi ini kemudian makin besar saat Tsunami Aceh 2004 melanda. Banyak orang kepo terhadap kejadian itu dan sulit mencari tayangan ulang dahsyatnya tsunami karena tidak ada website berbagi video.

Sebagai catatan, saat itu memang belum ada di dunia website berbagai video. Seluruh website hanya berbasis foto dan tulisan, seperti Wikipedia dan Flickr. Maka peluang untuk mendirikan website video sangatlah besar.

Alhasil, pada 14 Februari 2005 mereka mendirikan website berbagi video bernama youtube.com.

Jawed Karim dalam “YouTube: From Concept to Hypergrowth” bercerita kalau Youtube di awal peluncurannya nyaris gagal. Tidak ada satupun yang mau mengunjunginya. Video pertama berjudul “Me at The Zoo” yang diperankan dan ditayangkan pada 23 April 2005 oleh Karim sendiri pun tidak laku.

Karim harus berputar otak menarik penonton. Dia bahkan rela membujuk para perempuan berpenampilan menarik untuk meng-upload video di YouTube dengan bayaran US$ 1000. Namun, tetap saja usaha ini gagal.

Di ujung frustrasi itulah, tulis buku YouTube: Online Video and Participatory Culture (2009), YouTube mencontek banyak website sebelumnya. Karim dan kawan-kawan melakukan adopsi dan adaptasi dari berbagai website hits pada masanya. Dari sinilah dia memasukkan fitur kolom komentar, berbagi video, dan video relevan.

Berkat itulah YouTube melejit jadi website terpopuler. Bahkan, popularitasnya membuat YouTube dibeli Google seharga US$ 1,5 Miliar pada 2006. Pembelian inilah yang kemudian membawa YouTube semakin naik daun.

Pasca pembelian bersejarah ini, Jawed Karim sendiri mendapat US$ 64 juta. Dan setelahnya dia fokus menjalani pekerjaan sebagai cybersecurity, meski rekan-rekan pendiri YouTube lain sukses menjadi bos startup teknologi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*