WA Aplikasi Sejuta Umat Nyaris Bangkrut, Ini Ceritanya

FILE PHOTO: A logo of WhatsApp is pictured on a T-shirt worn by a WhatsApp-Reliance Jio representative during a drive by the two companies to educate users, on the outskirts of Kolkata, India, October 9, 2018. Picture taken October 9, 2018. REUTERS/Rupak De Chowdhuri - RC16ED4B4AE0/File Photo

WhatsApp tak ubahnya aplikasi wajib yang tercantum di HP. Laporan dari Business of Apps pada akhir 2022 lalu menunjukkan 3 dari 10 penguni Bumi adalah pengguna layanan berbagi pesan tersebut.

Secara jumlah, ada 2,41 miliar orang menggunakan WhatsApp secara global. Pencapaian ini terbilang spektakuler di tengah kencangnya persaingan platform chatting.

Namun, apakah kalian tahu bahwa dulunya WhatsApp sempat hampir gagal dan gulung tikar? Simak artikel ini sampai habis.

WhatsApp didirikan oleh Brian Acton dan Jan Koum pada 2009 lalu. Sebelumnya, Apple lebih dulu memperkenalkan iPhone pertama pada 2007 yang merupakan cikal-bakal tren smartphone.

Acton dan Koum yang merupakan mantan karyawan raksasa internet Yahoo! melihat kemunculan iPhone akan mengubah kehidupan manusia. Mereka lantas terinsiprasi untuk membuat aplikasi yang memudahkan pengguna smartphone bertukar status.

Untuk mewujudkan ide itu, Koum merekrut salah satu pengembang layanan iPhone, Igor Solomennikov. Bersama-sama mereka mengembangkan prototipe WhatsApp.

Di awal perjalanannya, WhatsApp tak langsung diterima dengan baik. Ada banyak yang mengeluhkan masalah konektivitas dan stabilitas aplikasi.

Bahkan, pada satu titik, Koum dan Acton hampir menyerah. Mereka berdebat hebat untuk menentukan masa depan WhatsApp. Hampir saja proyek ambisius itu dimusnahkan.

Namun, bak sudah jodoh, Apple meluncurkan fitur push notifications yang mengubah segalanya. WhatsApp mengembangkan fitur itu pada platformnya dan mulai dianggap berguna bagi pengguna.

Notifikasi yang langsung muncul pada layar HP pengguna walau tak mengakses aplikasi tersebut membuat WhatsApp diminati pengguna iPhone, dikutip dari CNBC International, Kamis (30/3/2023).

Mulanya memang cuma lingkaran pertemanan Koum dan Acton yang aktif memakai WhatsApp. Lalu dengan cepat penetrasinya menembus masyarakat umum.

Melihat antusiasme pasar, para pendiri akhirnya merilis WhatsApp 2.0 pada Agustus 2009. Fokusnya lebih ke pertukaran pesan singkat (chatting), bukan cuma bertukar status.

Inilah yang menjadi penentu masa depan WhatsApp. Tak lama kemudian, jumlah pengguna aktif platform tersebut tembus 250.000 orang.

Segera, Acton membujuk mantan koleganya di Yahoo! untuk menginvestasikan US$ 250.000 (Rp 3,7 miliar) dalam pendanaan tahap awal. Berbulab-bulan berstatus beta (uji coba), akhirnya WhatsApp masuk di toko aplikasi App Store pada November 2009.

Berselang beberapa waktu, aplikasi ini pun tersedia dalam versi BlackBerry dan Android. WhatsApp lalu dibuat berbayar dengan biaya US$ 1 per tahun.

Melihat potensinya yang besar, Sequoia Capital memberikan pendanaan untuk WhatsApp. Pada Februari 2014, WhatsApp lantas diakuisisi oleh Facebook (sekarang menjadi Meta) dengan nilai US$ 22 miliar (Rp 331 triliun). Akuisisi ini adalah salah satu yang terbesar sepanjang sejarah.

Pasca diakuisisi Meta, WhatsApp langsung melambung. Pengguna aktifnya mencapai 600 juta orang. Aplikasi ini pun menghadirkan banyak fitur dan inovasi, antara lain kapabilitas web, panggilan suara, hingga penghapusan biaya langganan US$.

Pada titik ini, WhatsApp benar-benar menjadi apliakasi gratis dan penggunanya membludak. Demi keamanan komunikasi, WhatsApp juga menghadirkan fitur enkripsi end-to-end.

Ketika WhatsApp pertama kali diakuisisi Meta, perusahaan menjamin tak akan ada iklan, game, dan gimik. Namun, di tahun 2016, janji itu diingkari. Dalam perubahan kebijakannya, WhatsApp mengaku menyerahkan datanya ke layanan Facebook untuk metadata bisnis iklan.

Tak lama setelah itu, pendiri WhatsApp, Acton dan Koum, hengkang dari perusahaan yang mereka rintis dari kecil.

“Pada akhirnya, saya menggadaikan perusahaan saya. Saya menggadaikan keamanan privasi pengguna demi keuntungan perusahaan. Saya membuat janji dan mengingkarinya. Saya harus hidup dengan bayang-bayang rasa bersalah itu setiap hari,” kata Acton.

Saat ini, di bawah naungan CEO Meta, Zuckerberg, WhatsApp makin populer dan banyak inovasi. Bersamaan dengan itu, WhatsApp makin jadi platform bagi Meta untuk mengumpulkan data pengguna bagi kepentingan iklan.

Pada 2018, WhatsApp pun meluncurkan fitur Business yang khusus mengatur komunikasi bagi pebisnis dan klien mereka.

“Kami merasa platform chatting pada umumnya merupakan masa depan, bagaimana orang bisa berkomunikasi dengan bisnis pun sebaliknya. Ini adalah cara tercepat dan termudah untuk menyelesaikan semua hal,” kata juru bicara WhatsApp.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*